Posted on Leave a comment

S. E. N. D. I. R. I

Oleh: Wiyanto Sudarsono

Tergantung sendiri/DL

“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu …”

– QS.An-Nisā’ [4]:1

Pada awalnya kita itu sendiri. Lahir sendiri (satu per satu), semua hal yang dilakukan akan kembali kepada diri sendiri, meninggal juga dikubur sendiri. Setelah itu, pertanggung jawaban juga sendirian.

Keberadaan orang lain di sekeliling sebenarnya berfungsi melengkapi dan menyempurnakan atau menggenapkan diri. Baik berupa bantuan, pengingat, hiburan, atau bahkan ujian.

Kita berbuat baik kepada keluarga, misalnya, bukan semata karena keluarga butuh kita, namun karena kita butuh berbuat baik kepada mereka. Seseorang menasihati orang lain, bukan karena atau belum tentu mereka butuh nasihat, tapi kita yang butuh nasihat dengan cara menasihati orang lain.

Demikian pula bahagia diri. Tergantung kepada diri kita sendiri. Bisa jadi dipengaruhi lingkungan dan orang sekitar, tapi tergantung bagaimana menyikapi. Setiap individu, diri, jiwa, berhak dan harus bahagia.

Bahagia itu dari dalam diri
Kesannya zahir rupanya maknawi
Terpendam bagai permata di dasar hati

Bahagia itu ada pada hati
Bertakhta di kerajaan diri
Terbenam bagai mutiara di lautan nurani

Hakikat Bahagia – Unic (2015)

Cintai diri dengan berbahagia. Sesuai dengan cara kita. Tidak masalah jika berbeda. Jangan bersedih hati.

“…Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
QS.Al-Baqarah [2]:112

(Wiyanto Sudarsono)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *