
Menulislah maka engkau akan bahagia. Minimal kesedihanmu akan berkurang ketika engkau sedang sedih, dengan menulis. Selama kita yakin yang kita tulis adalah kebenaran dan membawa kemanfaatan. Minimal untuk diri sendiri, syukur alhamdulillah jika manfaat untuk orang lain -pembaca-.
Kalimat di atas bukan sebuah jaminan. Tapi itu sebuah keyakinan dan harapan diri saya. Kok bisa menulis membuat bahagia?
Bagi kami, menulis adalah sebuah keharusan. Setiap hari, meski sedikit. Kami yang saya maksud adalah orang-orang yang berazam untuk menulis. Azam untuk menjadi penulis, di level penulisan manapun kami berada.
Bahagia adalah ketika bisa menyelesaikan tulisan. Berarti kenyataan telah sesuai dengan harapan. Tidak ada alasan bukan, untuk tidak bahagia?
Hari ini kebahagian itu bertambah. Selain kebahagian menulis, kami bisa berbagi hal-hal tentang menulis. Seru sekali.
Kami berbagi dalam acara penutupan kelas menulis. Kelas “Bapak-Bapak Punya Karya” (BPK) yang diasuh oleh Pak Cah (Tjahyadi Takariawan). Silakan simak keseruan acara di kanal YouTube Cahyadi Takariawan Official.

Tak main-main kelas menulis “Bapak-Bapak Punya Karya” ini. Targetnya, menerbitkan buku. Tidak sekadar bagaimana menulis, tapi sampai berhasil menerbitkan tulisan mandiri dalam bentuk buku! Satu orang minimal satu buku.
Banyak sekali cerita dibalik sebuah buku. Mulai inspirasi menulisnya, perjuangan menulis, penentuan judul, proses penyuntingan, penerbitan dan tentu saja pemasaran dan penjualannya. Masing-masing punya cerita.
Acara penutupan ini sekaligus peluncuran tiga judul buku yang terbit pertama dari kelas BPK. Buku karya para peserta kelas menulis. Buku yang ditulis dan diterbitkan dengan bimbingan Pak Cah.
Meski judulnya penutupan, saya pikir acara ini sebenarnya adalah juga sebuah pembukaan. Pembukaan era baru penulisan bagi kami. Tantangan untuk terus berkarya.
Mari kita mulai menulis, terus menulis dan tetap menulis!
“Maka, setelah kata pertama dalam kitab suci, “Iqra” atau “bacalah”, tak buruk sama sekali bila kita serukan sebagai lanjutannya: “manulislah“.
–(Radhar Panca Dahana).
(Wiyanto Sudarsono)
Bacaan:
– Cahyadi Takariawan. Modul Pelatihan Bapak-Bapak Punya Karya. 2020. Wonderful Publishing
– Peter Elbow. Writing without Teacher: Merdeka dalam Menulis. 2010. Indonesia Publishing.