
Organisasi yang akan panjang umur adalah organisasi yang mampu mengimbangi perubahan yang terjadi. Jamak diketahui. Banyak yang mengerti.
Konsekuensi dari perubahan itu tergantung seberapa dalam dilakukan. Jika mengubah hal mendasar, mendalam, dan fundamental itulah transformasi.
Yang jelas, Transformasi perlu dikomunikasikan. Dibahasakan dengan baik. Agar seluruh pihak yang terlibat, yang terkena akibat, dapat berjalan, bergerak ke arah yang diharapkan.
Bahasa ini yang kadang berbeda. Bahasa sumbernya. Bahasa perimanya. Atau karena ada distract, noise, gangguan dalam penerjemahannya (decoding).
Contoh. Dalam menanggapi perubahan, misal political-legal, ada organisasi/perusahaan yang menyikapi dengan sentralisasi ataupun desentralisasi. Agar kuat. Atau agar lincah.
Sentralisasi misalnya. Ada penyatuan di sini dan di sana. Berikutnya, jelas ada perbedaan bahasa (dalam arti kiasan maupun aslinya). Tantangan bagi Manajemen untuk menyatukan bahasa. Bahasa Persatuan Organisasi.
Saya sepakat dengan Mas Huda (lengkapnya Saeful Huda Rijaludin) saat di Trawas kemarin, bahwa kumpul-kumpul (gathering) diperlukan. Terlebih di awal-awal transformasi. Untuk meningkatkan interaksi. Untuk memperkaya kosa kata. Sehingga banyak bahasa yang sama.
Atau sebenarnya sudah banyak kata yang sama. Maknanya sama. Hanya saja, cara penyampaiannya yang berbeda. Karena perbedaan rasa.
Keinginan menyatukan bahasa ini yang harus lebih dulu ada dan sama. Jika keinginan ada, akan menemukan jalan menuju ke sana.
Namun, kita juga harus sadar sepenuhnya. Organisasi itu kumpulan orang-orang. Orang yang memiliki rasa. Ini perlu di jaga.
Rasa saling menghargai. Siapapun. Ditempat kerja. Mungkin ini alasan adanya Respectful Workplace Policy. Bahasa Organisasi, Bahasa Rasa Saling Menghargai.
Salam Bulan Bahasa.
(WS)