Seri Sisipan, Serial Menang Jualan di Sektor Pertanian
Saat ini tidak semua wilayah dapat kita kunjungi. Sentra pertanian sekalipun. Lahan pertaniannya mungkin bisa, tapi lokasi rumah atau toko pelanggan belum tentu bisa. Apalagi daerah yang sudah menerapkan karantina wilayah atau PSBB (Perbatasan Sosial Berskala Besar). Bisa tidak kembali penjual yang memasukinya. Paling tidak untuk 14 hari lamanya.
Pada kondisi normal, situasi yang mirip mungkin terjadi. Wilayah yang terisolir karena adanya longsor atau jembatan runtuh di jalan utama atau jalan satu-satunya.
Sebagai penjual, ini merupakan kendala tersendiri. Namun, bukan berarti tidak ada jalan. Kunjungan masih bisa dan harus tetap jalan. Kunjungan via daring (online). Via panggilan video atau suara.
Saya menyebutnya kunjungan virtual. Penjual pertanian jangan kalah dengan sektor konsumsi harian (rokok misalnya), telekomunikasi, properti, atau konstruksi. Penjual pertanian harus tetap bisa tampil atau hadir dengan menggunakan perangkat lunak komputer, misalnya internet. Jika pelanggan kita menggunakan gawai (HP) versi lama, belum smartphone, maka lakukan panggilan suara.
Minimal kita masih bisa ada peluang penjualan tipis-tipis. Jikapun tidak, ini dapat menjadikan kita penjual yang manusiawi. Penjual yang hadir tidak saat senang saja, tapi selalu hadir bagi konsumen, meski disaat sulit.
Tips Kunjungan Virtual
Lakukan panggilan sesuai jadwal. Jika kita biasanya berkunjung, saat ini kita teleponan.
Kita hendak melakukan panggilan video, buatlah janji terlebih dahulu. Agar pelanggan kita siap. Jika panggilan suara, lakukan di jam dimana pelanggan kita menerima kunjungan kita.
Tersenyumlah. Meski Saat panggilan suara. Tersenyumlah, akan terasa dalam suara kita, apalagi panggilan video. Yang terlihat jelas.
Hindari raut wajah kita yang menunjukan kebosanan. Anggukkan kepala dan condongkan badan jika setuju atau tertarik.
Lihatlah ke kamera, tutup gangguan atau notifikasi dan program lain di komputer atau gawai kita.
Duduk atau berdiri dengan tegap. Atur jarak dengan kamera, idealnya wajah kita kurang dari sepertiga video kita. Hindari gerakan yang berlebihan.
Tanyalah kabar, tanyakan kebutuhan pelanggan selama PSBB. Hanya saat semuanya terkondisi baik, baru lakukan penjualan. Saatnya kita menjadi penjual yang berempati. Berilah bantuan semaksimal mungkin yang kita bisa.
Jika wilayah masih bisa dimasuki secara terbatas, kita bisa melakukan prediksi kebutuhan dan penjadwalan pengiriman. Selama kita tidak berkunjung secara fisik. Lakukan diskusi dengan pelanggan.
Kita juga bisa memberikan pelayanan pengantaran langsung ke lahan pertanian. Misal, barang biasanya kita kirim ke kios. Nah, kita bisa menawarkan untuk mengirim langsung ke lahan petani pelanggan dari kios tersebut. Tapi, hati-hati pastikan petani tetap bertransaksi dengan kios.
Waktu-waktu ini membuat kita berubah. Cara berfikir, bertindak, dan bekerja. Harus “move on” kata orang.
(Wiyanto Sudarsono)