Belajarlah di waktu kecil. Belajar di waktu kecil seperti mengukir di atas batu. Demikian pepatah bijak itu saya ingat.
Dahulu, mamak (ibu) saya sering mendendangkan sebuah qasidah dengan lirik itu. Saya mencoba cari di mesin pencari. Ketemu! Ternyata judulnya Menuntut Ilmu. Saya tidak tahu versi mana yang didendangkan mamak saya waktu itu. Berikut potongannya:
Belajar di waktu kecil // Bagai mengukir di atas batu // Belajar sesudah dewasa //Laksana mengukir di atas air
Ilmu dunia akhirat // Wajib dituntut dipelajari // Dari kecillah engkau mendapat // Sudah dewasa berguna kemana pergi
Anak-anak saya saat ini masih katagori kecil. Paling besar berusia 8 tahun, disusul usia 3,5 tahun dan 1,25 tahun. Yang sudah belajar secara formal yang pertama. Tapi saya tidak perlu saya dendangkan qasidah yang sama.
Saat pandemi ini, tepatnya setelah saya sembuh dari Covid-19, saya merasa membutuhkan meja untuk bekerja atau menulis di rumah. Saya tempatkan di ZTM (Zona Tempat Membaca, Menulis, Menghafal, Mengaji). Meja itu juga bagian dari SKM (Sarana Khusus Menulis). Seharusnya saya khusyuk di situ saat ZWM (Zona Waktu Menulis).
Saya memesan dua set meja dan kursi. Karena dapat gratis satu set, saat membeli satu set meja kursi yang sama. Sedang ada promo di toko mebel favorit. Satu buat Mas, anak saya yang paling besar. Meski sering kali diambil alih adiknya.
Di meja belajar itu, ia memiliki ZTM dan SKMnya sendiri. Tapi dengan tambahan M yang lain: MAIN. Di Meja itu juga ia belajar secara daring, menata mushaf dan buku-bukunya.
Saya berharap ia dan adik-adiknya belajar sejak kecil, sehingga ukiran itu kuat di dalam hati. Ilmu itu menancap kuat di sanubari. Sehingga berguna ketika masanya tiba.
“Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’“. (QS. Thaaha [20] : 114)
(Wiyanto Sudarsono)