
“Tidak ada kalimat yang sempurna. Sama seperti tidak ada keputusasaan yang sempurna.” -Haruki Murakami
Tidak semua orang memiliki suara yang fonogenik. Suara yang enak didengar, baik ketika berbicara langsung maupun ketika berbicara melalui media, telepon misalnya. Mungkin, ketika mendengkur pun, orang bersuara fonogenik akan enak untuk didengar.
Jelas, orang yang kenal atau pernah berinteraksi dengan saya, akan dapat menilai bahwa saya bukan fonogenik. Aha, karena itu saya harus benar-benar menata suara jika hendak berbicara secara resmi, misal ketika membawakan sebuah presentasi.
Ada tips yang diberikan oleh pimpinan saya terkait itu. Saya harus memberikan pemakluman kepada lawan bicara. Yakni menyampaikan bahwa saya memiliki sedikit permasalahan pendengaran (gendang telinga kanan saya pecah). Sehingga lawan bicara dapat memahami bahwa suara kencang bukan karena sedang emosi. Dan ini adalah sekaligus maklumat bagi pembaca sekalian.
Itu adalah sedikit gambaran tentang komunikasi lisan yang sangat dipengaruhi oleh lebih banyak hal. Karena itu, saya mencoba mengembangkan komunikasi via tulisan. Lebih sedikit gangguan di dalamnya.
Meskipun seperti kata Murakami di atas, bahwa tidak ada kalimat yang sempurna. Selalu saja kalimat dan kata tidak mampu mewakili seratus persen rasa.
Kutipan di atas tidak saya dapat secara langsung. Itu adalah status senior saya, yang sering mengaku telah lansia. Seorang penggiat literasi.
Ia telah membaca novel “Dengarlah Nyanyian Burung” karya Haruki Murakami. Saya tidak akan meminjam novel itu darinya. Karena saya tahu hanya orang bodoh yang akan meminjamkan buku. Saya juga tidak mau jadi orang yang lebih bodoh dengan mengembalikan buku yang saya pinjam. Itu kata siapa ya, saya tidak tahu pastinya, beredar luas di internet. Ups bukan itu ding, masih banyak buku yang harus dibaca, dan saya sudah terlanjur membelinya.
Ketika lidah bermasalah dalam berbicara, entah apa alasannya, maka perlu penyambung lidah. Tidak harus orang lain, tapi bisa hal lain. Saya memilih tulisan.
Tulisan akan sangat membantu dalam mengungkapkan ide, gagasan, perhatian dan tentu saja CINTA. Meski tetap saja tidak sempurna. Karena masalah rasa, hanya sebagian yang akan terwakili oleh kata.
(Wiyanto Sudarsono)
Sangat menginspirasi alur cerita di atas dan sangat menyentuh terhadap saya karna saya juga termasuk orang yang teramat gugup berbicara di depan banyak orang apa lagi saat melontarkan pertanyaan setelah diskusi dalam kegiatan pelatihan
Tapi saya mendapat pencerahan dari cerita di atas cara bagaimana saya dapat menyampaikan kalimat saya secara lisan ialah saya harus menulis terlebih dahulu dan mengatur nafas
Mungkin dengan begitu saya dapat menyampaikan penyampaian saya dengan baik.
@bapak Wiyanto Sudarsono
Terimakasih
Betul. Jika harus berkomunikasi lisan, maka tulis dulu. Tidak hanya dalam bertanya, mengungkapkan gagasan, presentasi, akan lebih baik di tulis dahulu. Paling tidak poin-poin yang ingin disampaikan.
Semoga bermanfaat