Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak kondisi. Dari kehidupan sosial hingga pribadi. Dari jadwal kerja hingga cara berpromosi.
Menumpang bus shuttle dari hotel transit ke Bandara Soekarno-Hatta, mata saya menangkap beberapa sudut ruang promosi berwarna putih. Kosong tanpa produk dan jenama yang menggunakan jasa. Hanya “ruang kosong” bertuliskan informasi nomor yang dapat dihubungi jika berminat menggunakan jasanya.
Pandemi ini membuat banyak perusahaan mengalami guncangan keuangan. Banyak biaya yang tidak mampu ditutupi dari aktivitas penjualannya. Jangankan untuk promosi, mampu mempertahankan karyawan sudah menjadi prestasi.
Kalau terpaksa, pengurangan gaji atau bahkan jumlah karyawan menjadi pilihan. Menyisakan ruang kosong di kantor, di hati karyawan dan keluarga, bisa jadi termasuk ruang di dompet dan rekening para manajemennya.
Lain dengan beberapa perusahaan yang masih tumbuh. Anggaran promosi sisa tak terpakai. Seolah tak butuh. Karena tidak dapat dilakukannya promosi yang sifatnya tatap muka.
Media sosial menjadi pelipur nestapa. Komunikasi dunia maya. Menyasar pelanggan muda. Meski masih sadar, bahwa pelanggan saat ini masih banyak yang tua.
Ini mungkin momentum untuk merenung dan berpikir. Memperbaiki strategi. Jika biasanya sibuk dengan rutinitas harian. Mungkin saatnya mengganti dan memperbaiki peranti promosi. Menilik cara komunikasi yang lain. Tak. Menutup kemungkinan media jaya di masa silam: radio dan televisi.
Ini mungkin momentum tepat untuk berkaca diri. Membayangkan setiap kondisi yang mungkin terjadi. Kemudian melakukan antisipasi. Sehingga organisasi tumbuh dalam Kondisi apapun.
Sehingga tidak sampai ada ruang kosong atau minus di laporan keuangan. Kalaupun terjadi tidak lama. Untuk kemudian positif kembali.
(Wiyanto Sudarsono)