Posted on 4 Comments

Segera SWAB Saja

Catatan Tentang Kecepatan dan Ketepatan Penanganan

Penanganan atas penyakit yang diderita seseorang, yang paling utama adalah kecepatan si pasien mendapatkan pertolongan dan pelayanan kesehatan. Kedua, adalah keakuratan treatmen yang diberikan atas penyakit atau sakit yang diderita. Nah yang kedua ini, otoritas (karena itu di sebut profesi) penilaian dan langkah tidak lanjutnya ada di tenaga kesehatan, dokter. Dengan diagnosisnya. Karena itu keterangan selengkap-lengkapnya di perlukan oleh dokter. Pasien tidak boleh menutupi atau tidak menyatakan keluhan.

Saya ingin sedikit bercerita. Terkait pengalaman saya. Saya mulai demam pada Senin, 29 Juni 2020. Rabu, 1 Juli 2020 saya ke UGD, karena demam (mencapai 38,8°C) sudah 3 hari. Saya ceritakan bahwa saya sudah mengkonsumsi paracetamol, dan allopurinol 300mg untuk menurunkan asam urat. Akhir pekan saya makan ati ampela cukup banyak, sehingga sendi saya sakit.

Waktu itu napas saya, masih normal. Kemudian menjadi pendek, meski tidak sampai sesak.

Rabu malam itu saya ditangani, tampaknya sudah diduga Covid-19. Saya melakukan cek darah lengkap termasuk rapid test, dan foto Thorax. Hasilnya non reaktif, Thorax masih bagus.

Demam belum juga turun. Senin 6 Juli saya kembali ke UGD. Pilihannya saya di rawat sebagai PDP di ruang isolasi UGD, yang di dalamnya sudah ada 2 pasien, atau saya dirujuk ke Spesialis Penyakit dalam (Sp. PD).

Saya pilih yang kedua. Saya langsung daftar dan antre untuk bertemu dr. Sp. PD. Dilakukan rapid lagi, untuk kali kedua, non reaktif lagi.

Baru di hari rabu atau kamis, saya dirujuk dari Sp. PD ke spesialis paru. Di dokter paru baru saya diputuskan untuk swab. Positif. Karena itu, pada Sabtu sore, 11 Juli 2020, saya mulai mendapatkan penanganan dengan prosedur Covid-19, isolasi di Rumah sakit.

Berarti kurang lebih 13 hari, saya terinfeksi, merasakan keluhan (demam dan lemah indra pengecap) sampai mendapat penanganan. Relatif cukup lama.

Saya bersyukur usia relatif muda dan tidak ada penyakit penyerta. Saya tidak bisa membayangkan jika hal itu dialami oleh orang yang relatif sepuh (50+ tahun) atau memiliki penyakit penyerta. Saya pikir 13 hari cukup lama, untuk virus berkembang lebih jauh. Sudah sangat berat bagi paru paru dan tubuh untuk melawan virus. Tanpa bantuan perawatan kesehatan.

Rapid vs SWAB

Hasil rapid test tidak menunjukan arah ke infeksi Covid-19 (karena memang tidak untuk itu), bisa jadi karena belum diproduksi antibodi, atau tubuh sudah tidak bisa memproduksi, sangking lemahnya. Agak sok tahu saya dalam hal ini.

Belum lagi ada kondisi psikologis, dimana pasien yang tidak mau diisolasi dengan prosedur Covid-19. Bisa makin fatal akibatnya.

Saya berpendapat bahwa, ketika pasien memiliki keluhan, dan nyaris hampir semua sakit di curiga sebagai Covid-19 (karena diminta rapid), akan lebih baik jika langsung swap. Untuk mengetahui keberadaan virus. Agar tidak terlambat penanganannya.

Terlambat artinya, Covid-19 tidak ditangani dengan baik. Karena belum diyakini adanya infeksi Covid-19. Sekali lagi, lebih baik langsung swap, dari pada rapid.

Jika ternyata negatif, ya alhamdulillah, tidak apa-apa. Lebih baik daripada pasien yang ternyata positif namun tidak di swap, tidak diketahui, sehingga tidak mendapat pertolongan semestinya.

Memang di sana melibatkan keputusan profesional seorang dokter, tapi di kala kita di wilayah yang sudah merah, keputusan yang paling hati-hati dan lebih menjamin keselamatan saya pikir adalah yang terbaik. Meski biaya akan lebih mahal. Tapi bukankah keselamatan jiwa tidak ternilai harganya?!

(Wiyanto Sudarsono)

NB:
Alhamdulillah kondisi saya saat ini Rabu, 22 Juli 2020, sudah sangat baik, meski belum di izinkan keluar dari isolasi,  insyaAllah sudah membaik.

4 thoughts on “Segera SWAB Saja

  1. Syukur alhamdulillah Mas Wiyanto kondisinya sudah membaik dan stabil. Saya ikut senang, Semoga segera pulih dan benar2 dinyatakan sehat 100% bebas dari virus corona.
    Aamiin.

    1. Aamiin. Trima kasih Mas Joko.

  2. Semoga lekas sembuh kang wiyanto, trmksh sdh mau berbagi pengalaman

    1. Aamiin. Terima kasih Mas Bro.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *